ROTAN adalah tumbuhan palm yang merambat, memanjat, dan berduri. Rotan juga dikenal sebagai tumbuhan hutan tropik dan subtropik yang sangat subur pertumbuhannya. Tumbuhan ini merupakan sumber rotan batangan untuk industri furnitur rotan. Kebanyakan rotan batangan yang memasuki perdagangan dunia dikumpulkan dari tanaman yang tumbuh liar di berbagai bagian negara-negara Asia Tenggara. Indonesia memiliki keanekaragaman rotan terbanyak di Asia Tenggara. Rotan merupakan hasil hutan yang paling penting setelah kayu (Dransfield, 1974). Menurut Djaso Saputra (pengusaha rotan Cirebon) rotan adalah 'gulma' yang 'wajib ditebang' karena termasuk tanaman yang tumbuh liar di kawasan hutan tropis.
Manfaat rotan sebagai bahan baku pembuatan perangkat interior, khususnya kursi rotan sangat berkaitan dengan kreativitas dan keterampilan tangan para pembuatnya. Tangan-tangan terampil yang mengalir dari tradisi itu telah banyak menghidupi banyak orang dan karya-karyanya telah tersebar di dalam tatanan interior rumah-rumah asri di berbagai negara. Saat ini, ada kecenderungan konsumen di Eropa, Amerika, dan Asia yang terpesona dan 'melirik' produk kursi yang terbuat dari bahan alami, seperti rotan dengan sentuhan tradisi dan ramah lingkungan.
1. Potensi Sumber Daya Alam
Seorang pengusaha asal Jepang yang telah bergelut puluhan tahun dalam industri rotan di Indonesia, Yuzuru Yamakawa (2006) mengatakan bahwa potensi rotan Indonesia sekitar 85% dan terbesar di dunia. Bahkan, Indonesia adalah satu-satunya negara yang mampu menyediakan rotan dengan kapasitas terbesar dan nomor satu di mancanegara. Artinya, rotan di Indonesia adalah 'tambang emas' dan aset bangsa yang cenderung terlupakan. Rotan merupakan tumbuhan hutan tropika sehingga sangat cocok untuk ditanam di Indonesia.
Ahli rotan, Janumirno (2000:19) mengatakan bahwa pada abad ke-19, Indonesia telah menjadi pelopor dalam penyediaan produk rotan dunia, yakni hampir 80% keperluan dunia dipasok dari Indonesia. Sampai saat ini, sesungguhnya Indonesia telah mendapat pengakuan internasional sebagai penghasil rotan terbaik dan terbesar di seluruh dunia. Uniknya, kekayaan alam Indonesia bukan hanya rotan, tetapi ragam kursi rotan yang dikreasikan bahan pendukung seperti eceng gondok, pelepah pisang abaca, dan pandan (seagrass). Bahan-bahan alami itu masih sangat berlimpah di Indonesia.
2. Potensi Sumber Daya Manusia
Pengolahan rotan di Indonesia, pada awalnya masih terbatas pada rotan asalan yang dirunti (baca: digosok-red). Konsumsi rotan dalam negeri pun sebatas pengolahan yang sederhana seperti lampit, kursi sederhana, dan kebutuhan rumah tangga lainnya yang dihasilkan dari proses kerajinan tangan. Masyarakat Indonesia memiliki potensi cukup besar di bidang seni kriya rotan. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerajinan rotan dengan bentuk yang beraneka ragam (Janumirno, 2000: 57).
Indonesia mulai mengenal industri pengolahan rotan pada tahun 1968 sampai 1973, dan berkembang pesat sekitar tahun 1988, setelah ada peraturan pelarangan ekspor bahan baku rotan dan barang rotan setengah jadi. Kursi rotan Indonesia pun mulai 'berlenggak-lenggok' di tengah persaingan pasar global. Konon, dampak dari pelarangan tersebut dapat meningkatkan devisa negara dan merebut dolar. Kursi rotan Indonesia pun telah menumbangkan banyak pesaing dari negara-negara yang selama ini menikmati bahan baku rotan dari Indonesia, seperti Taiwan (Soefijanto, dkk, 1988: 15-16).
Potensi sumber bahan baku dan keterampilan para perajin belum banyak mengangkat derajat rotan sebagai 'tambang emas' dan devisa bagi negeri kita. Nilai tambah yang dihasilkan masih relatif kecil. Salak satu penyebabnya adalah kebijakan produsen yang masih berfungsi sebagai 'tailor made' alias tukang jahit. Desain sebagai pencipta nilai tambah atau Design Value Added (DVA) dan perangkat daya saing ekspor masih belum disadari sepenuhnya. Padahal, peluang pasar penggunaan kursi rotan sebagai perangkat interior dan eksterior rumah masih sangat terbuka. Sebab rotan memiliki sifat yang alamiah dan fleksibel. jadi tidak perlu heran bila saat ini karakteristik rotan ditiru, direkayasa, dan dibuat dengan bahan plastik (synthetic fiber).
Demikian artikel pada segmen "potensi rotan indonesia" ini. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungan Anda, dan jangan lupa tekan tombol like dan dan tinggalkan komentar Anda